Rabu, 28 Maret 2012
Gunung Gadung, Jiarah Makam Popo (Apo)
Rabu, 14 Maret 2012
Keluarga Harta Tak Ternilai
Bill Havens, seorang pendayung hebat berkaliber Internasional dalam masa karantinanya menjelang piala dunia mendayung, menerima berita bahwa istrinya akan segera melahirkan. Setelah mendengar kabar tersebut ia memilih untuk pulang & tidak mengikuti kejuaraan dunia & memutuskan untuk menunggui istrinya yg akan melahirkan.
Belasan tahun kemudian th 1952, Bill menerima telegram dari putranya, Frank yang pada saat itu baru saja memenangkan medali emas cano 10.000 meter pada Olimpiade di Finlandia.
Telegram itu isinya:
"Ayah, terimakasih karena telah menunggu kelahiran saya. Saya akan pulang membawa medali emas yg seharusnya ayah menangkan beberapa tahun yg lalu.
Anakmu tersayang, Frank..."
Dari kisah diatas kita bisa belajar bagaimana kehadiran keluarga berdampak sangat besar bagi anggota keluarga tersebut.
Theodore Roosevelt, mantan Presiden AS berkata: "Aku lebih suka melewatkan waktu bersama dgn keluargaku daripada dgn petinggi2 dunia manapun.
Michael Dell(pendiri Dell computer): KebahagiAan sy adalah ketika sy berada di tengah keluarga,sy berusaha menyeimbangkan waktu kerja dgg waktu kell,walau kel tetap priotasnya,sy kembali dr kerja ke rmh maks pk 18,,
Pada akhirnya kita akan sampai pada suatu titik dimana pada dasarnya semua yg kita lakukan, semua jerih lelah kita dalam pekerjaan,semua untuk mereka,
keluarga yang kita cintai dan kebersamaan diantara keluarga adalah segalanya.
Jadi relakah kita menukar kehangatan keluarga dgn misi bekerja yg tidak nyata?
Selalu ada hasil yg terbaik dari kerja keras yg terbaik pula.
Jika kita Penjual : Keluarga adalah konsumen utama kita.
Jika kita Karyawan : Keluarga adalah boss kita yg sesungguhnya
Jika kita Investor : Investasi yg paling berharga adalah nilai2 yg ditanam dlm Keluarga kita.
Pastikan ketika kita di posisi puncak gunung kesuksesan, kita mengibarkan bendera kemenangan dgn pelukan keluarga di sekitar kita, dan bukan dalam keadaan mereka tertinggal di bawah sambil mereka menangis krn kehilangan kita.
Senin, 12 Maret 2012
Nice article to read from Kompas Female
KOMPAS.com - Anda mungkin pernah bertindak sebagai mak comblang untuk teman atau saudara-saudara yang masih lajang. Hal ini kerap didasari rasa prihatin karena mereka tak juga mendapat pasangan. Ketika teman atau saudara ini curhat tentang masalah mereka sebagai jomblo, berbagai kata penghiburan pun segera meluncur dari mulut Anda.
Akan tetapi, hati-hatilah dengan perkataan dan tindakan Anda. Salah-salah, Anda justru membuat mereka menjadi tertekan. Mungkin Anda tak menyadarinya, namun kata-kata berikut ini sebaiknya dihindari ketika berbicara tentang status lajang mereka.
1. "Saya punya teman yang cocok untukmu!"
Tak ada yang salah untuk menjodohkan teman yang masih lajang. Namun ketika mengucapkan kalimat seperti ini, mereka menjadi sangat berharap untuk segera bertemu seseorang dan menjadikannya pasangan. Sebelum mengucapkan kalimat tersebut pada teman Anda, pastikan dulu pria yang akan Anda jodohkan pada teman ini juga masih lajang. Memang menyenangkan bila melihat bahwa mereka tampak memiliki kecocokan. Tetapi jika pria yang akan Anda jodohkan ini ternyata sudah punya pasangan (tanpa Anda ketahui), teman Anda tentu akan merasa kecewa.
2. "Kamu nggak kesepian?"
Semua orang pasti senang ketika memiliki pasangan, namun menjadi lajang tidak selalu menyedihkan. Hindari pertanyaan tersebut, apalagi sambil menatap matanya dengan penuh rasa simpati. Hal itu akan menimbulkan perasaan tak percaya, bahkan bisa menyinggung perasaannya. Berjanjilah untuk tidak menanyakan tentang kebahagiaannya menjadi lajang, dan hargailah apa yang menjadi keyakinannya. Tidak semua orang bisa cepat mendapatkan pasangan seperti Anda, maka pahamilah perasaannya. Sadari bahwa setiap orang memiliki jalan hidup dan kebahagiaannya masing-masing.
3. "Hidupmu kayak sinetron aja."
Ketika melihat perjalanan hidup teman yang lajang, dan jatuh-bangunnya dalam urusan percintaan, seringkali kita menyamakannya dengan kisah berliku-liku dari sebuah sinetron. Tak jarang, Anda justru menantikan kegilaan-kegilaan yang dialaminya selama menjadi lajang, dan berbagai peristiwa yang sulit dipercaya dari pria-pria yang pernah dikencaninya. Jangan lakukan ini, ia bisa tersinggung karena Anda menganggap kisah hidupnya bagaikan cerita sinetron yang menghibur untuk orang lain.
4. "Kamu sih, pilih-pilih!"
Ketika ingin mengungkapkan berbagai kata penghiburan, sebaiknya tempatkan diri Anda sebagai dirinya. Apa yang akan Anda rasakan ketika sahabat justru sok memberikan tuduhan atau saran yang tak perlu seperti, "Kamu sih, terlalu picky!", "Makanya, lebih banyak bergaul dong!", "Semuanya akan terjadi waktu kamu tidak mengharapkannya", atau, "Sabar ya, nanti juga pasti ketemu". Semua kalimat ini akan terasa seperti basa-basi, dan tidak menghibur sama sekali. Selain teman Anda mungkin sudah sering mendengarnya, belum tentu yang Anda tuduhkan itu benar.
Sumber: Shine
Rabu, 07 Maret 2012
Sebuah Renungan, kiriman dari email teman..
Anak kami juga sangat penurut, dia tidak lagi membaca komik lagi, tidak ikut kelas origami lagi, tidur bermalas-malasan di akhir minggu tidak dilakukan lagi.
Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu siapa teman sekelas yang paling kamu kagumi dan alasannya.
Mereka putra putri sang Hidup yang rindu pada diri sendiri,
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau,
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,
Sebab mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah untuk raganya,
Tapi tidak untuk jiwanya,
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi meski dalam mimpi.
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
Namun jangan membuat mereka menyerupaimu
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
Pun tidak tenggelam di masa lampau.
Kaulah busur, dan anak-anakmulah Anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia merentangmu dengan kekuasaan-Nya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap.
- Khalil Gibran