Minggu, 26 Agustus 2012

Minor Hajj...my religious journey

Umroh/Minor Hajj...
Sedikitpun tidak pernah terpikir oleh saya untuk berangkat umroh..
Semua bermula dari obrolan tentang jalan2 dengan Ema..kebetulan kami berdua ada rejeki tambahan yang kita tabung bersama dan akan digunakan untuk wisata ke luar negeri. Brosur2 dari biro perjalanan telah saya berikan kepada Ema..tour ke Hongkong, Cina, Thailand...namun teman saya itu lebih memilih untuk wisata rohani alias umroh. Dia bilang "Lebih baik kita pergi umroh ajah, jalan-jalan sekaligus ibadah, bagaimana?" Yah saat itu, saya hanya bisa berkata "iya"...

Namun perjalanan untuk umroh ini tidak mudah ternyata..
Mulai dari teman saya yang batal berangkat karena ibu susu-nya tidak mengijinkannya..
Jadwal keberangkatan yang diundur-undur berkali-kali..mulai dari akhir Juni, diundur menjadi awal Juli..dan akhirnya baru bisa berangkat di akhir Juli...tepatnya tanggal 25 Juli. Pemunduran ini dikarenakan pihak travel mengalami kesulitan untuk pengurusan visa.
Itu pun ketika tiba dibandara, kami mengalami pembatalan lagi..kami harus menginap di hotel Mandala, dekat Bandara Soekarno Hatta, untuk berangkat keesokan pagi-nya ke Singapore, untuk lanjut dengan pesawat dari Singapore ke Jedah.

Di Singapore pun perjalanan kami belum lancar..kami harus stay disana selama 1 malam, dikarenakan pesawat ke Jedah baru ada keesokan harinya...Jadilah kami jalan2 di Singapore...mengunjungi Marina Bay dan ke salah satu masjid yang berada di Singapore.
Pembatalan keberangkatan ini yang tidak sesuai schedule, tetap kita nikmati..awalnya kesal juga seh, tapi akhirnya dapat dinikmati juga..mungkin karena kebawa oleh suasana hati ibu2 yak..karena mereka selalu tertawa dalam kondisi apapun..katanya kita harus "ikhlas dan sabar". Group kami terdiri dari 21 orang, dan sebagian besar adalah bapak2 dan ibu2..dibimbing oleh pak ustad Jamaludin, yang sangat sabar dan baik.

Travel yang kami ikuti adalah Qiblat Wisata Travel. Ini adalah kali pertama dan terakhir saya menggunakan travel ini..kecewa dengan pelayanannya.

Bandara Soekarno Hatta, Indonesia
Changi, Singapore
pak Yayat dan keluarga
Menunggu bus penjemputan di Changi 
usia bukan masalah, mereka selalu semangat beribadah..two thumbs up for them
Hotel di Singapore
 Marina Bay, Singapore
Bersama teteh Yati di Marina Bay
Berkunjung ke Masjid Haji Muhammad Saleh, Singapore


Didalam pesawat Emirate, fly to Jedah

Keesokan harinya kami berangkat ke Jedah...

Hari Pertama-Kedua, Jedah-Madinah
Dini hari kami tiba di Jedah, setelah menunggu 2 jam lebih di bandara, barulah bus kami datang...dan dengan bus, kami melanjutkan perjalanan ke Madinah...
Sesampainya di Madinah kami ditempatkan di hotel yang menurut kami kurang layak...akhirnya setelah berdebat panjang lebar dengan pihak travel, kami dipindahkan ke hotel lain yang lebih baik dan tidak begitu jauh dari Masjid Nabawi.
Satu kamar untuk 4-5 orang. Saya sekamar berlima, 4 anak muda + umi, yi. saya, Ririn, teteh Yati dan teteh Echa plus Umi Rokijah. 
Umi Rokijah berusia 60-an...kami serasa pergi dengan Umi kami sendiri..
Didalam group kami juga ada nenek berusia 86 tahun..membuat saya teringat akan nenek saya yang telah wafat...perjalanan umroh ini serasa saya pergi dengan mama dan nenek saya, Subhanallah.

Kegiatan yang kami lakukan selama di Madinah adalah melaksanakan shalat wajib dan teraweh di masjid Nabawi. Subhanallah..sungguh besar nikmat yang Engkau berikan kepada hamba ya Allah. Dapat melaksanakan ibadah di masjid Nabawi sungguh merupakan nikmat yang tiada tara...

Didalam masjid Nabawi, ada tempat yang fadhilah untuk beribadah, tempat mustajab untuk berdoa, namanya Raudhah, yaitu tempat antara mimbar dan makam Nabi Muhammad SAW. Berada di Raudhah, kita serasa dekat dengan Rasulullah SAW, Subhanallah..
Alhamdulillah, saya dan teman-teman bisa kesana..semoga doa kami di ijabah. Amin..amin..ya Rabbalalamin. 

Untuk penjelasan lebih lengkap tentang Raudhah, temans silahkan klik link ini: 
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,19764-lang,id-c,ubudiyyah-t,Shalat+di+Raudhah+Nabi+Muhammad+SAW-.phpx
dan link ini: http://www.jurnalhaji.com/pengalaman-umrah-dan-haji/raudhah-tempat-mustajab-untuk-panjatkan-doa.html

Selain terdapat makam Rasulullah SAW, disana juga terdapat makam Abu Bakar Shiddiq  dan Umar bin Khattab. Namun untuk kami yang wanita, tempat tersebut tertutup..dan juga untuk memasuki Raudhah, ada waktu-waktu tertentu, tidak setiap saat, biasanya bada Zuhur, Ashar dan Subuh, para Askar (penjaga masjid Nabawi) yang akan memberikan pengarahan dan mengantarkan kita ke Raudhah.

Berbuka puasa di masjid Nabawi..Subhanallah...makanan berlimpah..kita tinggal pilih mau duduk dimana, didalam atau diluar mesjid. Selepas shalat Ashar, mereka menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa..dari roti sampai nasi khas Timur Tengah.
Kita dapat menikmati hidangan yang disajikan dengan nikmat, bersama-sama, layaknya saudara dekat, tanpa memandang ras dan negara.

Selain ke masjid Nabawi, selama di Madinah, kami juga mengunjungi pemakaman Baqi (pemakaman para sahabat Rasulullah SAW dan keluarga). Kami, para wanita hanya bisa melihat dari luar saja, tidak boleh memasuki pemakaman tersebut. Pemakaman Baqi ini tidak jauh dari masjid Nabawi.

Selanjutnya kami mengunjungi masjid Quba dan Jabal Uhud, melewati masjid Qiblatain dan masjid Khandaq, serta berkunjung ke Perkebunan Kurma dan berbelanja di Pasar Kurma.

di luar masjid Nabawi, Madinah
di dalam masjid Nabawi, Madinah
di dalam masjid Nabawi, Madinah
di depan Masjid Quba
teteh Yati dan pak ustad Jamaludin di kebun kurma
saya dan pak ustad Jamaludin di kebun kurma


Jabal Uhud
Jabal Uhud

Hari Ketiga,
Berangkat ke Mekah...mengambil miqat umroh di Bir Ali.
Tiba di Mekah sebelum ashar, melaksanakan umroh..dengan melakukan Thawaf, Sai dan Tahallul Umroh di Masjidil Haram.
Subhanallah, begitu mempesonanya kabah, sungguh besar nikmat dan rejeki yang Engkau berikan kepada hamba ya Allah, sehingga hamba bisa berada di Baitullah Mekah, melaksanakan umroh, melihat kabah secara langsung, menyentuhnya, begitu tergetar hati saya ya Allah..sungguh Engkau sangat menyayangi hamba..

Selesai thawaf, kami shalat sunnah dan berdoa..tidak terasa air mata ini menetes..tubuh basah oleh keringat dan mata ini basah oleh butir2 air mata yang mengalir tiada henti, mulut ini pun tiada henti mengucapkan syukur dan berdoa pada Mu ya Allah...sungguh hamba ini penuh dosa, rasanya tidak pantas hamba menerima begitu banyak anugerahMu ya Allah..Subhannallah walhamdulillah walailahaillallah..wallahu Akbar..


miqat di Bir Ali

Kabah
Hari Keempat,
Lepas subuh, kami melakukan thawaf sunnah..dilanjutkan dengan shalat dhuha..menghabiskan waktu beribadah di masjidil haram (itikaf), dengan melaksanakan shalat wajib dan sunnah, tadarus, dan memperbanyak doa di dekat kabah (multajam).
Kami pun melaksanakan shalat teraweh di masjidil haram..Subhanallah.

Grand Zam-zam
Foto session..pagi hari, setelah thawaf sunnah
di depan Kabah..siang hari sebelum thawaf untuk papa
di depan Kabah..pagi hari setelah thawaf Wada
di depan Masjidil Haram, malam hari stelah teraweh
di depan Masjidil Haram, pagi hari setelah thawaf Wada



Hari Kelima,
Berkeliling Mekah /City tour, diantaranya Jabal Tsur, padang Arafah, Muzdalifah, Mina, Jabal Nur dan Ja'ronah.

Sebelum zuhur, kami kembali ke Masjidil Haram dan melakukan umroh untuk keluarga yang sudah meninggal (Umroh Bada). Alhamdulillah, saya bisa melaksanakan umroh untuk almarhum papa...
Ketika melakukan thawaf, perasaan saya sedih, mengingat kembali sosok beliau, kenangan kecil yang masih tersisa dalam ingatan saya...begitu singkat saya mengenal Papa..ketika saya berumur 4 tahun, beliau telah wafat..
Semoga Allah menerima ibadah yang saya persembahkan untuk papa saya tercinta. Amin ya Rabbal Alamin.


Jabal Nur




Hari Keenam,
Setelah subuh, kami melakukan Thawaf Wada, tawaf perpisahan...
Sungguh kami tidak ingin berpisah, tidak ingin meninggalkan Masjidil Haram, tidak ingin meninggalkan kabah, kami masih ingin berlama-lama disana..
Ya Allah, ijinkan kami untuk dapat kembali lagi..lagi dan lagi..
Panggillah kami selalu untuk dapat kembali ke Baitullah Mekah..
Sedih hati ini, enggan untuk berpisah..

Sebelum zuhur kami berangkat ke Jedah...kami sempat ke Laut Merah dan shalat Zuhur di Masjid Terapung, dilanjutkan ke Bandara King Abdul Aziz menuju Tanah Air.


menunggu di Bandara King Abdul Aziz, Jedah







Hari Ketujuh, 
Tiba di Bandara Soekarno Hatta, Indonesia, sabtu sore...4 Agustus 2012
Satu per satu meninggalkan rombongan, kembali kepada keluarga masing-masing..pertemanan yang telah terjalin selama perjalanan semoga akan terus berlanjut..

Sebuah perjalanan ibadah yang tak akan terlupakan..walaupun di awal perjalanan ada rintangan, alhamdulillah kami dapat melaksanakan ibadah dengan baik dan kembali ke tanah air dengan selamat..

Semoga ibadah kami diterima oleh Allah SWT dan kami dapat kembali lagi ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah umroh dan haji. Semoga dikemudian hari, saya dapat melaksanakan ibadah haji bersama mama tercinta, Amin ya Rabbal Alamin.

Agustus 2012,
Listi

Minggu, 12 Agustus 2012

Never burn your bridges!


Good article to read....

Never burn your bridges!
Oleh Anthony Dio Martin
Published On: 29 July 2011

Istilah ‘never burn your bridges’ sebenarnya berasal dari sebuah kisah motivasional yang terkenal. Konon katanya ada seorang jenderal perang yang membuat sebuah jembatan besar sehingga bisa sampai ke pihak musuh.
Namun, agar para serdadunya berperang secara maksimal, maka setelah jembatan itu selesai dan dilewati, jembatan itu pun dibakar. Dengan demikian para serdadu hanya punya satu pilihan yakni bertempur sampai titik darah penghabisan sebab tidak ada lagi jembatan untuk kembali.
Tentu saja versi dari kisah dan legenda ini ada banyak sekali. Ada yang mengatakan bahwa yang dibakar bukanlah jembatan tetapi kapal-kapalnya. Mana yang benar? Kita tidak tahu. Namun, kali ini, kita memang bukan bicara soal kapal ataupun jembatan tetapi soal merawat hubungan.
Pesan kita kali ini cukup bermakna. Janganlah kita membakar jembatan yang pernah kita lewati. Atau dengan kata lain, jangan kita merusak suatu hubungan yang pernah kita bangun. Mungkin saja jembatan itu pernah mengantar Anda ke suatu titik tertentu dalam perjalanan hidup Anda, tetapi janganlah sekali-kali Anda membakarnya. Anda tidak pernah tahu, apakah suatu ketika, Anda akan membutuhkannya lagi.

Sebut saja pengalaman dua orang, Alex dan Wani. Tatkala bekerja di suatu perusahaan nasional terkemuka di Indonesia, Alex bekerja dengan gigih. Ia pun sangat dipercaya. Suatu ketika, Alex memutuskan untuk melanjutkan studinya. Namun, hubungan dengan pimpinannya dulu tetap dijaga. Ia tetap bersikap baik, meskipun ia bukan lagi karyawan di perusahaan itu. Akhirnya, ketika Alex selesai kuliah, justru Alex diminta untuk memimpin perusahaannya di kota di luar negeri di mana Alex menyelesaikan studinya. Inilah berkat ketekunan Alex menjaga hubungan dengan perusahaannya terdahulu.

Kisah yang lain terjadi dengan Wani. Wani adalah wanita yang cemerlang dan hebat. Ia bekerja di sebuah grup perusahaan terkemuka di Indonesia. Kapasitas dan kemampuan kerjanya pun luar biasa. Karirnya melonjak. Hingga akhirnya, Wani ‘dibajak’ oleh perusahaan kompetitor. Di perusahaan yang baru, Wani agaknya tidak berterima kasih pada perusahaan sebelumnya. Wani sering menjelekkan dan mengatakan hal yang negatif tentang perusahaannya yang dulu.
Setelah bertahun-tahun di tempat yang baru, ternyata perusahaan Wani diakuisisi, alias dibeli. Siapa yang beli? Grup perusahaan Wani bekerja sebelumnya. Oleh karena komentar Wani yang tidak menyenangkan yang pernah didengar perusahaan sebelumnya, Wani pun tidak termasuk pimpinan yang dipilih untuk diteruskan masa kerjanya. Wani dipaksa untuk berhenti setelah perusahaannya dibeli.
Begitulah perbedaan sikap antara Alex dan Wani, yang ternyata berujung pada masa depan mereka. Alex menjaga hubungannya dengan perusahaan dan orang yang telah membesarkannya. Sementara Wani, bersikap negatif. Dengan kata lain, Alex masih merawat jembatan yang dilewatinya, sementara Wani membakar jembatan yang telah dilewatinya. Itulah kesalahan Wani.

Bersyukurlah
Intinya, tunjukkanlah kita bisa lebih baik dengan sikap terima kasih kita. Mungkin saja, jembatan yang pernah Anda lewati tersebut tidaklah menyenangkan. Bisa jadi jembatan itu berupa atasan yang menyebalkan, tempat kerja yang memuakkan. Ingatlah tidak ada yang sempurna. Namun, kalau kita lihat ke belakang, apa pun yang kita raih dan capai hingga saat ini, mungkin saja tidak bisa tercapai tanpa adanya jembatan tersebut.
Jadi, belajarlah untuk bersyukur dan berterima kasih sekaligus berjanji. Janji untuk tidak menjadi jembatan yang seperti Anda alami. Namun, untuk itu Anda tidak perlu memaki ataupun menjelek-jelekkan. Hargai jembatan yang dulu pernah kita lewati, belajarlah respek. Inilah tanda kebesaran jiwa yang luar biasa.
Tony Hoyt, mantan Wakil Presiden di Hearst Corporation yang bergerak di bidang media, mempunyai kalimat yang penting tatkala ia mengatakan, “Never burn your birdge. Don’t even spray graffiti on them. So, when you exit always do so with grace and appreciation.” (Jangan pernah membakar jembatanmu. Bahkan jangan mencoret-coretinya. Jadi, ketika kamu keluar, selalu lakukanlah dengan penghargaan dan terima kasih.”)
Betullah kata Tony Hoyt di atas. Sejarah hidup itu tidaklah selesai setelah kita meninggalkan jembatan itu. Siapa tahu kelak kita terpaksa harus melewati lagi jembatan itu kedua kalinya untuk ke arah masa depan kita…

Rawatlah jembatan
Hidup itu masih terus bergerak. Mungkin saja suatu jembatan telah membawa dan mengantar kita ke suatu tahapan hidup kita yang berikutnya. Namun, salah besar jika lantaran kita merasa tidak memerlukan suatu jembatan lagi, lantas kita mulai memusuhi, memaki ataupun membenci jembatan yang pernah membawa diri kita. Inilah beberapa alasan mengapa tidak bijaksana bagi kita untuk membakar jembatan yang pernah mengantar kita.
Pertama, kita tidak pernah bisa meramalkan masa depan. Setelah kita melewati suatu jembatan, mungkin kita meresa tidak membutuhkannya lagi saat ini. Namun, kita tidak pernah tahu apakah kita akan memerlukan jembatan itu pada masa depan kita nanti. Banyak kisah yang menceritakan bagaimana seorang karyawan yang menjaga hubungan baik dengan perusahaannya dulu, akhirnya sekarang menjadi supplier penting di perusahaannya.
Coba saja kalau si karyawan itu tidak menjaga hubungan yang baik, tentu saja ia tidak akan dipercaya menjadi supplier. Kita pun tidak pernah tahu, bahwa bisa saja jembatan ‘bos’ yang mengantarkan kita sekarang, akan kita butuhkan referensinya bagi bisnis kita pada masa mendatang. Karena itulah, selalu bijaksana jika setelah melewati suatu jembatan, jangan kita bakar. Mari kita tetap merawatnya.

Kedua, jangan pernah menciptakan musuh. Ada sebuah pepatah bagus yang mengatakan, “Seribu teman tak pernah cukup, satu musuh terlalu banyak!” Pepatah ini mengatakan tidak ada baiknya kita membakar jembatan yang pernah menjadi pengantar kehidupan kita. Jembatan itu bisa berupa organisasi ataupun orang. Tatkala kita mulai menjelekkan organisasi yang pernah membesarkan kita, tatkala kita mulai merendahkan, memaki, ataupun ‘membuat status’ yang menjelekkan bekas ‘jembatan’ kita berarti kita sedang menciptakan musuh. Kalaulah perusahaan ataupun atasan kita tidak menyenangkan dan tidak Anda sukai, toh Anda sudah tidak lagi berhubungan dengannya. Tidak ada gunanya bagi Anda untuk menjelekkannya, sebab hal itu tak memberikan manfaat apa pun juga.

Ketiga, ketika membakar jembatan Anda, Anda juga mencela diri Anda sendiri. Tatkala Anda membakar kapal dengan cara menjelekkan ataupun membicarakan hal yang buruk tentang perusahaan tempat Anda bekerja sebelumnya, coba tebak bagaimana pendapat orang? Dalam hati mereka mungkin akan berkata pada diri Anda, “Salah sendiri kenapa dulu mau bekerja di situ dan sekarang jelek-jelekkan dia?” Tanpa sadar, tatkala menunjukkan kejelekan perusahaan, orang ataupun tempat yang pernah Anda lewati, Anda sebenarnya justru sedang menunjukkan kesalahan dan kebodohan Anda sendiri yang dulunya memutuskan untuk melewati jembatan tersebut!

As Gary Smalley say: “Life is relationships; the rest is just details.”
Make a good relationship with everyone :-)